kehilangn bukan sesuatu yang baru dalam hidup ini
disa't seseorang yang deket dengan kita berlari menjauh dari kita,..
kita baru sadar ..
betapa berharganya dia bagi kehidupanmu,
dia yang selalu mengisi hari - harimu..
membuatmu tertawa,,
membuat dirimu merasa seakan ada malaikat yang menjagamu..
namun,..
relakah dirimu melepaskan dia untuk oang lain..
# berusaha selalu ceria dan tersenyum adalah kunci untuk melepaskan dia
Blogroll
About
Sabtu, 24 November 2012
Minggu, 17 Juni 2012
trematoda
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Trematoda
Cacing daun adalah cacing yang termasuk kelas Trematoda filum Platyhelmintes dan hidup sebagai parasit.Pada umumnya cacing ini bersifat hermafrodit kecuali cacing Schistosoma. Spesies yang merupakan parasit pada manusia termasuk subkelas Digenea, yang hidup sebagai endoparasit.
Cacing daun adalah cacing yang termasuk kelas Trematoda filum Platyhelmintes dan hidup sebagai parasit.Pada umumnya cacing ini bersifat hermafrodit kecuali cacing Schistosoma. Spesies yang merupakan parasit pada manusia termasuk subkelas Digenea, yang hidup sebagai endoparasit.
B.
Hospes
Berbagai macam hewan dapat berperan sebagai hospes definitive cacing trematoda, antara lain: kucing, anjing, kambing, sapi, tikus, burung, musang, harimau dan manusia.Menurut tempat hidup cacing dewasa dalam tubuh hospes, maka trematoda dapat dibagi dalam:
Berbagai macam hewan dapat berperan sebagai hospes definitive cacing trematoda, antara lain: kucing, anjing, kambing, sapi, tikus, burung, musang, harimau dan manusia.Menurut tempat hidup cacing dewasa dalam tubuh hospes, maka trematoda dapat dibagi dalam:
1.
Trematoda hati (liver flukes):
Clonorchis sinensis, Opisthorchis felineus, Opisthorchis viverrini dan
Fasciola.
2.
Trematoda usus (intestinal
flukes): Fasciolopsis buski, Echinostomatidae dan Heterophyidae.
3.
Trematoda paru ( lung flukes): Paragonimus
westermani.
4.
Trematoda darah ( blood flukes):
Schistosoma japonicum, Schistosoma mansoni dan Schistosoma haematobium.
C.
Distribusi Geografik
Pada umumnya cacing trematoda ditemukan
di RRC, Korea, Jepang, Filipina, Thailand, Vietnam, Taiwan, India dan Afrika.
Beberapa spesies ditemukan di Indonesia seperti Fasciolopsis buski di
Kalimantan, Echinostoma di Jawa dan Sulawesi, Heterophyidae di Jakarta dan
Schistosoma japonicum di Sulawesi Tengah.
D.
Morfologi dan Daur Hidup
Pada
umumnya bentuk badan cacing dewasa pipih dorsoventral dan simetri bilateral,
tidak mempunyai rongga badan. Ukuran panjang cacing dewasa sangat beraneka
ragam dari 1 mm sampai kurang lebih 75 mm. Tanda khas lainnya adalah
terdapatnya 2 buah batil isap, yaitu batil isap mulut dan batil isap perut.
Beberapa spesies mempunyai batil isap genital. Saluran pencernaan menyerupai
huruf Y terbalik yang dimulai dengan mulut dan berakhir buntu pada sekum. Pada
umumnya Trematoda tidak mempunyai alat pernafasan khusus, karena hidupnya
secara anaerob. Saluran ekskresi terdapat simetris bilateral dan berakhir di
bagian posterior. Susunan saraf dimulai dengan gangliondi bagian dorsal
esofagus, kemudian terdapat saraf yang memanjang dibagian dorsal, ventral dan
lateral badan. Cacing ini bersifat hermafrodit denagn alat reproduksi yang
kompleks.
Cacing
dewasa hidup di dalam tubuh hospes definitif. Telur diletakkan di saluran hati,
rongga usus, paru, pembuluh darah atau dijaringan tempat cacing hidup dan telur
biasanya keluar bersama tinja, dahak atau urin. Pada umumnya telur berisis sel
telur, hanya pada beberapa spesies telur sudah mengandung mirasidium (M) yang
mempunyai bulu getar. Bila sudah mengandung mirasidium telur menetas di dalam
air (telur matang). Pada spesies trematoda yang mengeluarkan telur berisis sel
telur, telur akan menjadi matang dalam waktu kurang lebih 2-3 minggu. Pada
beberapa spesies Trematoda, telu matang menetas bila ditelan keong (hospes
perantara) dan keluarlah mirasidium yang masuk kedalam jaringan keong; atau
telur dapat langsung menetas dan mirasidium berenang di air; dalam waktu 24 jam
kmirasidium harusn sudah menemukan keong air agar dapat melanjutkan
perkembangannya. Keong air disini berfungsi sebagai hospes perantara pertama
atau HP1. Dalam keong air tersebut mirasidium berkembang menjadi sebuah kantung
yang berisi embrio, disebut sporokista (S). Sporokista ini dapat mengandung
sporokista lain atau redia (R); bentuknya berupa kantung yang sudah mempunyai
mulut, faring, dan sekum.
Didalam sporokista dua / redia (R) , larva
berkembang menjadi serkaria (SK).
Perkembangan larva dalam hospes perantara satu terjadi sebagai berikut:
M→S→R→SK = Misalnya Clonorsis sinensis
Perkembangan larva dalam hospes perantara satu terjadi sebagai berikut:
M→S→R→SK = Misalnya Clonorsis sinensis
M→S1→S2→SK = Misalnya Schitosom
M→S→R1→R2→SK = Misalnya Trematoda lainnya
Serkaria kemudian keluar dari keong air dan mencari hospes perantara dua yang berupa ikan, tumbuh-tumbuhan air, ketam, udang batu, dan keong air lainnya, atau dapat menginfeksi hospes definitive secara langsung seperti pada Schistosoma. Dalam hospes perantara dua serkaria berubah menjadi metaserkaria yang berbentuk kista. Hospes definitif mendapat infeksi bila makan hospes perantara dua yang mengandung metaserkaria yang tidak dimasak dengan baik. Infeksi cacing Schistosoma terjadi dengan cara serkaria menembus kulit hospes definitif, yang kemudian berubah menjadi skistosomula, lalu berkembang menjadi cacing dewasa dalam tubuh hospes.
E.
Patologi dan Gejala Klinis
Kelainan
yang disebabkan cacing daun tergantung dari lokalisasi cacing di dalam tubuh
hospes; selain itu juga ada pengaruh rangsanga setempat dan zat toksin yang
dikeluarkan oleh cacing. Reaksi sistemik terjadi karena absorbsi zat toksin
tersebut, sehingga menghasilkan gejala alergi, demam, sakit kepala dan
lain-lain. Cacing daun yang hidupdi rongga usus biasanya tidaka memberi gjala
atau hanya gejala gastrointestinal ringan seperti mual, muntah, sakit perut dan
diare. Bila cacing hidup di jaringan paru seperti Paragonimus, mungkin
menimbulkan gejala batuk, sesak nafas, dan batuk darah(hemoptisis). Cacing yang
hidup di salyuran empedu hati seperti Clonorchis, Opistrhorchis dan Fasciola
dapat menimbulakn rangsangan dan menyebabkan penyumbatan aliran empedu sehingga
menimbulkan gejala ikterus. Akibat lainya adalah peradangan hati sehingga
terjadi hepatomegali. Bila ini terjadi berlarut-larut, dapat mengakibatkan
sirosis hati. Cacing Schistosoma yang hidup di pembuluh darah, terutama
telurnya mengakibatkan kelainan yang berupa peradangan, pseudo-abses dan
akhirnya fibrosis jaringan alat yang di infiltrasi oleh telur cacing ini,
seperti dinding usus, dinding kandung kemih, hati, jantung, otak dan lain-lain.
Trematoda
usus yang berperan dalam ilmu kedokteran adalah dari keluarga Fasciolidae,
Echinostomatidae dan Heterophydae. Dalam daur hidup termatoda usus tersebut,
seperti pada trematoda lain, diperlukan keong sebagai hospes perantara I,
tempat mirasidium menjadi sporokista, berlanjut menjadi redia dan serkaria. Serkaria
yang dibentuk dari redia, kemudian melepaskan diri untuk keluar dari tubuh
keong dan berenang bebas dalam air. Tujuan akhir serkaria tersebut adalah
hospes perantara II, yang dapat berupa keong jenis lain yang lebih besar,
beberapa jenis ikan air tawar, atau tunbuh-tunbuhan air.\
Manusia mendapat penyakit cacing daun karena memakan hospes perantara II yang tidak dimasak sampai matang.
Manusia mendapat penyakit cacing daun karena memakan hospes perantara II yang tidak dimasak sampai matang.
BAB II
PEMBAHASAN
Fasciolopsis buski
A. Sejarah
Cacing trematoda Fasciolopisis buski adalah suatu trematoda yang didapatkan pada manusia atau hewan. Trematoda tersebut memiliki ukuran terbesar diantara trematoda lain yang ditemukan pada manusia.
Cacing ini pertama kali ditemukan oleh Busk (1843) pada autopsi seorang pelaut yang meninggal di London.
Cacing trematoda Fasciolopisis buski adalah suatu trematoda yang didapatkan pada manusia atau hewan. Trematoda tersebut memiliki ukuran terbesar diantara trematoda lain yang ditemukan pada manusia.
Cacing ini pertama kali ditemukan oleh Busk (1843) pada autopsi seorang pelaut yang meninggal di London.
Genus:
Fasciolopsis
l Hospes definitif : manusia & binatang
Hospes pelantara : HP I :
keong air Segmentina, Hipeutis,Gyraulus
HP II: Tumbuhan air Trapa, Eliocharis, Eichornia
l Penyakit : fasciolopsiasis
l Penyebaran : RRC, Taiwan, Vietnam, Thailand, India,
Indonesia
l Habitat : mukosa usus muda (yeyunum &
ileum)
l Morfologi dan daur hidup :
Cacing
dewasa yang ditemukan pada manusia mempunyai ukuran panjang 2-7,5 cm dan lebar
0,8-2,0 cm. Bentuknya agak lonjong dan tebal. Biasanya kutikulum ditutupi
duri-duri kecil yang letaknya melintang. Duri-duri tersebut sering rusak karena
cairan usus. Batil isap kepala berukuran kira-kira seperempat ukuran batil isap
perut. Saluran pencernaan terdiri dari perifaring yang pendek,faring yang
menggelembung, esofagus yang pendek, serta sepasang sekum yang tidak bercabang
dengan dua identasi yang khas. Dua buah testis yang bercabang-cabang letaknya
agak tandem di bagian poterior cacing. Vitelaria letaknya lebih lateral dari sekum,
meliputi badan cacing setinggi batil isap perut sampai keujung badan. Ovarium
bentuknya agak bulat. Uterus berpangkal pada ootip, berkelok-kelok ke arah
anterior badan cacing, untuk bermuara pada atrium genital, pada sisi anterior
batil isap perut.
Telur berbentuk agak lonjong, berdinding tipis transparan, dengan sebuah
operkulum yang nyaris terlihat pada sebuah kutubnya, berukuran panjang 130-140
mikron dan lebar 80-85 mikron.
Setiap ekor cacing dapat mengeluarkan 15000-48000 butir telur sehari. Telur-telur
tersebut dalam air bersuhu 27°-32°C, menetas setelah 3 sampai 7 minggu.
Mirasidium yang bersilia keluar dari telur yang menetas, berenang bebas dalam
air untuk masuk ke dalam tubh hospes perantara I yang sesuai. Biasanya hospes
perantara I tersebut adalah keong air tawar, seperti genus segmentia,Hippeutis,
dan Gyraulus. Dalam keong, mirasidium tumbuh menjadi sporokista yang kemudian
berpindah ke daerah jantung dan hati keong. Bila sporokista matang, menjadi
koyak dan melepaskan banyak redia induk. Dalam redia induk dibentuk banyak
redia anak, yang pada gilirannya membentuk serkaria. Serkaria, seperti
mirasidium, dapat berenag bebas dalam air, berbentuk seperti kecebong, ekornya
lurus dan meruncing pada ujungnya, berukuran kira-kira 500 mikron dengan badan
agak bulat berukuran 195 mikron X 145 mikron. Badan serkaria ini mirip cacing dewasa
yaitu mempunyai batil isap kepala dan batil isap perut. Mirasidium atau
serkaria yang dalam batas waktu tertentu belum menemukan hospes, akan punah
sendiri. Serkaria dapa berenang dengan ekornya, atau merayap dengan menggunakan
batil isap. Serkaria tidak memiliki kecenderungan untuk memilih tumbuh-tumbuhan
tertentu untuk tumbuh menjadi metaserkaria yang berbentuk kista.
Tumbuh-tumbuhan yang banyak dihinggapi metaserkaria adalah Trapa, Eliocharis,
Eichornia dan Zizania. Tumbuh-tumbuhan seperti Nymphoea lotus dan Ipomeea juga
dihinggapi metaserkaria. Bila seorang memakan tumbuhan air yang mengandung
metaserkaria tanpa dimasak sampai matang, maka dalam waktu 25-30 hari
metaserkaria tumbuh menjadi cacing dewasa dan dalam waktu 3 bulan ditemukan
telurnya dalam tinja.
GAMBAR
CACING FASCIOLOPSIS BUSKI
l Gejala Klinis
:
cacing dewasa melekat pada duodenum & yeyunum peradangan, ulkus, abses, perdaraahan,ileus akut
(sumbatan).
Infeksi berat : intoksikasi & sensitasi karena metabolit
cacing dewasa dapat menyebabkan kematian
l Diagnosis
:
Sering gejala klinis seperti diatas bila
didapatkan disuatu daerah endemi, cukup untuk menunjukan adanya penderita
fasiolopsiasis; namun diagnosis pasti adalah dengan menemukan telur dalam tinja.
l Epidemiologi :
Infeksi pada manusia tergantung dari kebiasaan
makan tumbuh-tumbuhan air yang mentah dan tidak dimasak sampai matang.
Membudidayakan tumbu-tumbuhan air di daerah tercemar dengan kotoran manusia
maupun babi, dapat menyebarluaskan penyakit tersebut. Kebiasaan defekasi,
pembuangan kotoran ternak dan cara membudidiayakan tumbuh-tumbuhan air untuk
dikonsumsi harus diubah atau diperbaiki, untuk mencegah meluasnya penyakitb
fasiolopsiasis.
Fasiolopsiasis endemik di desa Sei Papuyu, Kalimantan Selatan. Prevalensinya 27,0%. Prevalensi tertinggi terdapat pada kelompok umur 5-14 tahun, yaitu 56,8%,sedangkan pravelensi pada anak sekolah 79,1%. Survei 12 bulan setelah pengobatan menunjukan prevalensi yang tidak banyak berbeda karena kemungkinan terjadinya reinfeksi.
Fasiolopsiasis endemik di desa Sei Papuyu, Kalimantan Selatan. Prevalensinya 27,0%. Prevalensi tertinggi terdapat pada kelompok umur 5-14 tahun, yaitu 56,8%,sedangkan pravelensi pada anak sekolah 79,1%. Survei 12 bulan setelah pengobatan menunjukan prevalensi yang tidak banyak berbeda karena kemungkinan terjadinya reinfeksi.
l Pengobatan
Obat yang efektif untuk cacing ini, adalah diklorofren, niklosamid, dan prazikuantel.
Obat yang efektif untuk cacing ini, adalah diklorofren, niklosamid, dan prazikuantel.
l Prognosis
Penyakit fasiolopsiasis yang berat mungkin menyebabkan kematian, akan tetapi bila dilakukan pengobatan sedini mungkin, masih dapat memberi harapan untuk sembuh. Masalah yang penting adalah reinfeksi, yang sering terjadi pada penderita.
Penyakit fasiolopsiasis yang berat mungkin menyebabkan kematian, akan tetapi bila dilakukan pengobatan sedini mungkin, masih dapat memberi harapan untuk sembuh. Masalah yang penting adalah reinfeksi, yang sering terjadi pada penderita.
l Gambar Siklus Hidup:
Echinostoma
sp
A. Sejarah
Cacing genus Echinostoma yang ditemukan oleh manusia kira-kiara 11 spesies atau lebih. Garrison (1907) adalah sarjana yang pertama kali menemukan telur Echinostoma ilocanum pada narapidna pribumi di Filipina. Tubangui (1931), menemukan bahwa Rattus rattus norvegicus, merupakan hospes reservoar cacing tersebut. Chen (1934) meleporkan bahwa anjing setempat di Canton, RRC, dihinggapi cacing tersebut. Brug dan Tesch (1937), melaporkan spesies Echinostoma Lindoense pada manusia di Palu, Sulawesi Tengah, Bonne, Bras dan Lie Kian Joe (1948), menemukan Echinostoma ilocanum pada penderita sakit jiwa di Jawa.
Berbagai sarjana telah melaporkan, bahwa di Indonesia di temukan lima spesies cacing Echinostoma, yaitu: Echinostoma ilocanum, Echinostoma malayanum, Echinostoma lindoense, Echinostoma recurvatum dan Echinostoma revolutum.
Cacing genus Echinostoma yang ditemukan oleh manusia kira-kiara 11 spesies atau lebih. Garrison (1907) adalah sarjana yang pertama kali menemukan telur Echinostoma ilocanum pada narapidna pribumi di Filipina. Tubangui (1931), menemukan bahwa Rattus rattus norvegicus, merupakan hospes reservoar cacing tersebut. Chen (1934) meleporkan bahwa anjing setempat di Canton, RRC, dihinggapi cacing tersebut. Brug dan Tesch (1937), melaporkan spesies Echinostoma Lindoense pada manusia di Palu, Sulawesi Tengah, Bonne, Bras dan Lie Kian Joe (1948), menemukan Echinostoma ilocanum pada penderita sakit jiwa di Jawa.
Berbagai sarjana telah melaporkan, bahwa di Indonesia di temukan lima spesies cacing Echinostoma, yaitu: Echinostoma ilocanum, Echinostoma malayanum, Echinostoma lindoense, Echinostoma recurvatum dan Echinostoma revolutum.
B. Ada 5
spesies di Indonesia :
1.
E. ilocanum
2. E.
malayanum
3. E.
lindoense
4. E.
recurvatum
5. E.
rovolutum
C. Hospes
definitif : manusia
Hospes
pelantara : HP I : keong air Lymnea, Anisus
HP II :
keong air Viveripus, Pila, Corbicula
Penyakit : ekinostomiasis
Penyebaran : Filipina, Cina, India,Indonesia
Habitat : usus halus
D. Morfologi
dan daur hidup
Cacing Trematoda dari keluarga
Echinostomatidae, dapat dibedakan dari cacing trematoda lain, degan adanya
cici-ciri khas berupa duri-duri leher dengan jumlah antara 37 buah sampai
kira-kira 51 buah. Letaknya dalam dua baris berupa tapal kuda, melingkari
bagian belakang serta samping batil isap kepala. Cacing tersebut berbentuk
lonjong, berukuran panjang dari 2,5 mm hingga 13-15 mm Dan lebar 0,4-0,7 mm
hingga 2,5-3,5 mm.
Testis berbentuk agak bulat,
berlekuk-lekuk, letaknya bersusun tandem pada bagian posterior cacing.
Vitelaria letaknya sebelah lateral, meliputi 2/3 bdan cacing dan melanjut
hingga bagian posterior. Cacing dewasa hidup dalam usus halus, mempunyai warna
agak merah ke abu-abuan. Telur mempunyai operkulum, besarnya berkisar antara
103-137 x 59-75 mikron. Telu setelah 3 minggu dalam air, berisi tempayak yang
disebut mirasidium. Bila telur menetas, mirasidium keluar dan berenang bebas
untuk hinggap pada hospes perantara I ynag berupa keong jenis kecil seperti
genus Anisus, Gyraulus, Lymnaea, dan sebagainya.
Dalam hospes perantara I, mirasidium tumbuh menjadi sporokist, kemudian melanjut menjadi redia induk, redia anak yang kemudian membentuk serkaria. Serkaria yang pada suatu saat berjumlah banyak, dilepaskan ke dalam air oleh redia yang berada dalam keong. Serkaria ini kemudian hinggap pada hospes perantara II untuk menjadi metaserkaria yang efektif. Hospes perantara II adalah jenis keong yang besar, seperti genus Vivipar, Bellamya, Pila atau Corbicula.Ukuran besar cacing, jumlah duri-duri sirkumoral, bentuk testis, ukuran telur dan jenis hospes perantara, digunakan untuk mengidentifikasi spesies cacing.
Dalam hospes perantara I, mirasidium tumbuh menjadi sporokist, kemudian melanjut menjadi redia induk, redia anak yang kemudian membentuk serkaria. Serkaria yang pada suatu saat berjumlah banyak, dilepaskan ke dalam air oleh redia yang berada dalam keong. Serkaria ini kemudian hinggap pada hospes perantara II untuk menjadi metaserkaria yang efektif. Hospes perantara II adalah jenis keong yang besar, seperti genus Vivipar, Bellamya, Pila atau Corbicula.Ukuran besar cacing, jumlah duri-duri sirkumoral, bentuk testis, ukuran telur dan jenis hospes perantara, digunakan untuk mengidentifikasi spesies cacing.
GAMBAR CACING
ECHINOSTOMA S.P.
E. Gejala Klinis :
-
Tidak ada gejala berarti
- Infeksi
berat : radang dinding usus
- Pada
anak dapat timbul diare, sakit perut,anemia, edema
F. Diagnosis :
Menemukan
telur dalam pemeriksaan tinja
G. Masalah diagnosis :
Cara
konsentrasi merupakan cara yang dianjurkan
H. Epidemiologi :
-
Keong air sawah sering dikonsumsi meningkatkan kasus
- Sebaiknya
keong sawah dimasak matang, metaserkaria mati
I. Pengobatan
Tetrakloroetolen adalah obat yang dianjurkan, akan tetapi penggunaan obat-obat baru yang lebih aman, seperti prazikuantel dapat dipertimbangkan.
Tetrakloroetolen adalah obat yang dianjurkan, akan tetapi penggunaan obat-obat baru yang lebih aman, seperti prazikuantel dapat dipertimbangkan.
J. Prognosis
Penderita biasanya tidak menunjukan gejala yang berat, dapat sembuh setelah pengobatan.
Penderita biasanya tidak menunjukan gejala yang berat, dapat sembuh setelah pengobatan.
Heterophydae
A.
Sejarah
Cacing keluarga Heterophyidae adalah cacing trematoda kerdil, berukuran sangat kecil, hanya kurang lebih beberapa milimeter.
Cacing ini pertam kali ditemukan oleh Bilharz (1851) pada autopsi seorang Mesir di Kairo.
Cacing keluarga Heterophyidae adalah cacing trematoda kerdil, berukuran sangat kecil, hanya kurang lebih beberapa milimeter.
Cacing ini pertam kali ditemukan oleh Bilharz (1851) pada autopsi seorang Mesir di Kairo.
B. Hospes dan Nama Penyakit
Hospes cacing ini sangat banyak, umumnya
makhluk pemakan ikan seperti manusia, kucing, anjing, rubah, dan jenis
burung-burung tertentu.Nama penyakitnya adalah heterofialisis
C. Distribusi Geografik
Cacing ini ditemukan di Mesir, Turki, Jepang,
Korea, RRC, Taiwan, Filipina, dan Indonesia. Cacing dari keluarga Heterophyidae
adalah: Heterophyes, Metagonimus yokogawai dan Haplorchis yokogawai.
Di Indonesia, Lie Kian Joe (1951) menemukan cacing Haplorchis yokogawai pada autopsi 3 orang mayat.
Di Indonesia, Lie Kian Joe (1951) menemukan cacing Haplorchis yokogawai pada autopsi 3 orang mayat.
D.
Morfologi dan Daur Hidup
Cacing dari keluarga Heterophyidae berukuran
panjang antara 1-1,7 mm ddan lebar antara 0,3-0,75 mm, kecuali genus Haplorchis
yang jauh lebih kecil, yaitu panjang 0,41-0,51 mm dan lebar 0,24-0,3 mm. Di
samping batil isap perut, ciri-ciri khas lain adalah, batil isap kelamin yang
terdapat di sebelah kiri belakang.
Cacing ini mempunyai 2 buah testis yang
lonjong, ovarium kecil yang agak bulat dan 14 buah folikel vitelin yang
letaknya sebelah lateral. Bentuk uterus sangat berkelok-kelok, letaknya di
antara kedua sekum. Telur berwarna agak coklat muda, mempunyai operkulum,
berukuran 26,5-30 x 15-17 mikron, berisi mirasidium. Mirasidium yang keluar
dari telur, menghinggapi keong air tawar/payau, seperti genus Pirenella,
Cerithdia, Semisulcospira, sebagai hospes perantara I dan ikan dari genus
Mugil, Tilapia, Aphanius, Acanthogobius, Clarias dan lain-lain sebagai hospes
perantara II. Dalam keong, mirasidium tumbuh menjadi sporokista, kemudian
menjadi banyak redia induk, berlanjut menjadi banyak redia anak untuk pada
gilirannya membentuk banyak serkaria. Serkaria ini menghinggapi ikan-ikan
tersebut dan masuk kedalam otot-ototnya untuk tumbuh menjadi metaserkaria.
Manusia mendapatkan infeksi karena makan daging
ikan mentah, atau yang dimasak kuarang matang. Pada ikan genus Plectoglossus
dan sejenisnya, metaserkaria tidak masuk ke dalam otot, akan tetapi hinggap di
sisik dan siripnya. Metaserkaria yang turut dimakan dengan daging mentah,
tumbuh menjadi cacing dewasa dalam 14 hari dan bertelur.
E. Patologi dan Gejala Klinis
Pada infeksi cacing keluarga
Heterophyidae, biasanya stadium dewasa menyebabkan iritasi ringan pada usus
halus, tetapi ada beberapa ekor cacing yang mungkin dapat menembus vilus usus.
Telurnya dapat menembus masuk aliran getah bening dan menyangkut di katup-katup
atau otot jantung dan mengakibatkan payah jantung. Kelainan ini terutama
dilaporkan pada infeksi cacing Metagonimus dan Haplorchis yokogawai. Telur atau
cacing dewasa dapat bersarang dijaringan otak dan menyebabkan kelainan disertai
gejala-gejalanya. Gejala klinis yang ditimbulkan oleh infeksi berat cacing
tersebut adalah mulas atau kolik dan diare berlendir, serta nyeri tekan pada
perut.
F. Diagnosis
Diagnosis
ditegakan dengan menemukan telur dalam tinja.
G.
Pengobatan
Obat yang tepat untuk penyakit cacing ini, adalah prazikuantel.
Obat yang tepat untuk penyakit cacing ini, adalah prazikuantel.
H.
Prognosis
Penyakit heterofiasis biasanya ringan dan tidak membahayakan, dapat diobati sampai sembuh.
Penyakit heterofiasis biasanya ringan dan tidak membahayakan, dapat diobati sampai sembuh.
I.
Epidemiologi
Menusia, terutama pedagang ikan dan hewan seperti kucing, anjing dapat merupakan sumber infeksi bila menderita penyakit kucing tersebut. Telur cacing dalam tinja dapat mencemari air serta ikan yang hidup didalamnya. Hospes definitif mendapatkan infeksi karena memakan daging ikan mentah yang mengandung metaserkaria hidup. Ikan yang diproses kurang sempurna untuk konsumsi, seperti fessikh, dapat juga menyebabkan infeksi. Sebagai usaha untuk mencegah meluasnya infeksi cacing Heterophyidae kebiasaan makan ikan mentah harus dihindari.
Menusia, terutama pedagang ikan dan hewan seperti kucing, anjing dapat merupakan sumber infeksi bila menderita penyakit kucing tersebut. Telur cacing dalam tinja dapat mencemari air serta ikan yang hidup didalamnya. Hospes definitif mendapatkan infeksi karena memakan daging ikan mentah yang mengandung metaserkaria hidup. Ikan yang diproses kurang sempurna untuk konsumsi, seperti fessikh, dapat juga menyebabkan infeksi. Sebagai usaha untuk mencegah meluasnya infeksi cacing Heterophyidae kebiasaan makan ikan mentah harus dihindari.
BAB II
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dalam
trematoda usus terdapat tiga jenis spesies cacing :
1.
Fasciolopsis buski
2.
Heterophydae
3.
Echinostoma sp
Sedangkan
Echinostoma sp dibagi menjadi 5 yaitu :
1. E. ilocanum
2.
E. malayanum
3.
E. lindoense
4.
E. recurvatum
5. E. rovolutum
Dalam trematoda usus
diagnosa ditegakkan denga cara menemukan telur dalam pemeriksaan tinja.
sistem ekskresi manusia
SISTEM EKSKRESI MANUSIA
Ekskresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah tidak digunakan oleh tubuh.
Sistem ekskresi adalah sistem pembuangan zat-zat sisa pada makhluk hidup
misalnya: karbondioksida (CO2), air (H20), amonia (NH3),
urea dan zat warna empedu, racun,asam urat.
Karbon
dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang
berasal dari karbohidrat, lemak, dan protein.Kedua senyawa tersebut tidak
berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan.Walaupun CO2 berupa zat sisa namun
sebagian masih dapat dipakai sebagai penjaga kestabilan pH dalam darah.
Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai
kebutuhan, misalnya sebagai pelarut.
Amonia
(NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zatyang beracun bagi
sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian,
jika untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi
zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea.
Zat
warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang dilakukan oleh
hati dan disimpan pada kantung empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen
yang berguna memberi warna pada tinja dan urine.
Asam
urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan
amonia). Asam urat mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia,
karena daya larutnya di dalam air rendah.
Zat sisa metabolisme tersebut sudah
tidak berguna lagi bagi tubuh dan harus dikeluarkan karena bersifat racun dan
dapat menimbulkan penyakit.
Fungsi Sistem Ekskresi
- Membuang
limbah yang tidak berguna dan beracun dari dalam tubuh
- Mengatur
konsentrasi dan volume cairan tubuh (osmoregulasi)
- Mempertahankan
temperatur tubuh dalam kisaran normal (termoregulasi)
- Homeostasis
Organ atau alat-alat ekskresi pada
manusia terdiri dari:
1. Paru-paru
Paru-paru adalah organ pada sistem
pernapasan (respirasi) dan berhubungan dengan sistem peredaran darah
(sirkulasi) vertebrata yang bernapas dengan udara. Fungsinya adalah menukar oksigen dari
udara dengan karbon dioksida dari darah. Prosesnya disebut "pernapasan eksternal" atau bernapas. Paru-paru juga mempunyai fungsi
nonrespirasi. Istilah kedokteran yang berhubungan dengan paru-paru sering mulai
di pulmo-, dari kata Latinpulmones untuk paru-paru.
Anatomi
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar
terdiri dari gelembung (gelembung hawa, alveoli).Gelembung alveoli ini terdiri dari
sel-sel epitel dan endotel.Jika dibentangkan luas permukaannya ± 90m2.Banyaknya
gelembung paru-paru ini kurang lebih 700juta buah.
Paru-paru dibagi dua:
Paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus, lobus pulmodekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Paru-paru kiri, terdiri dari dua lobus, pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior.Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dan lima buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dua buah segmen pada lobus medial, dan tiga buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.
Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkeolus.Di dalam lobulus, bronkeolus ini bercabang-cabang yang disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm.
Paru-paru dibagi dua:
Paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus, lobus pulmodekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Paru-paru kiri, terdiri dari dua lobus, pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior.Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dan lima buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dua buah segmen pada lobus medial, dan tiga buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.
Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkeolus.Di dalam lobulus, bronkeolus ini bercabang-cabang yang disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm.
Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke
tengah rongga dada/kavum mediastinum.Pada bagian tengah terdapat bagian tampuk
paru-paru yang disebut hilus. Pada mediastinum depan terdapat jantung.
Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi
dua:
1. Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru.
2. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat ronggga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura, menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas.
1. Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru.
2. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat ronggga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura, menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas.
FUNGSI PARU- PARU DALAM
SISTEM EKSKRESI
Dalam sistem ekskresi, paru-paru berfungsi untuk mengeluarkan Karbondioksida (CO2)
dan Uap air (H2O). Didalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas
oksigen dan karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah
menangkap karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke
paru-paru. Di paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan
dari paru-paru melalui hidung.Jumlah oksigen yang diambil melalui udara
pernapasan tergantung pada kebutuhan dan hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh
jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah maupun jenis bahan makanan yang
dimakan.
Oksigen
yang dibutuhkan berdifusi masuk kedalam darah melalui kapiler darah yang
menyelubungi alveolus.Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh
haemoglobin untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh. Hemoglobin yang terdapat
dalam butir darah merah atau eritrosit ini tersusun oleh senyawa hemin atau
hematin yang mengandung unsur besi dan globin yang berupa protein
Pengangkutan CO2 sebagai
hasil zat sisa metabolisme, diangkut oleh darah dapat melalui 3 cara yakni
sebagai berikut:
- Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam
karbonat dengan enzim anhidrase (7% dari seluruh CO2).
- Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk
karbomino hemoglobin (23% dari seluruh CO2).
- Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat
(HCO3) melalui proses berantai pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2).
Karbon dioksida dan air hasil metabolisme di
jaringan diangkut oleh darah lewat vena untuk dibawa ke jantung, dan dari
jantung akan dipompakan ke paru-paru untuk berdifusi di alveolus. Selanjutnya,
H2O dan CO2 dapat berdifusi atau dapat dieksresikan di alveolus paru-paru
karena pada alveolus bermuara banyak kapiler yang mempunyai selaput tipis.
KELAINAN
- Asma atau sesak nafas, yaitu kelainan yang disebabkan
oleh penyumbatan saluran pernafasan yang diantaranya disebabkan oleh
alergi terhadap rambut, bulu, debu atau tekanan psikologis.
- Kanker Paru-Paru, yaitu gangguan paru-paru yang
disebabkan oleh kebiasaan merokok. Penyebab lain adalah terlalu banyak
menghirup debu asbes, kromium, produk petroleum dan radiasi ionisasi.
Kelainan ini mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru.
- Emphysema, adalah penyakit pembengkakan paru-paru
karena pembuluh darahnya terisi udara.
- Gangguan terhadap pengangkutan CO2 dapat mengakibatkan
munculnya gejala asidosis karena turunnya kadar basa dalam darah. Hal
tersebut dapat disebabkan karena keadaan Pneumoni. Sebaliknya apabila
terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka muncul gejala alkalosis.
CARA MENGATASI KELAINAN
PADA PARU-PARU
Upaya menghindari dan mengatasi kelainan-kelainan pada paru-paru adalah dengan menjalankan pola hidup sehat, diantaranya:
Upaya menghindari dan mengatasi kelainan-kelainan pada paru-paru adalah dengan menjalankan pola hidup sehat, diantaranya:
1. Mengatur pola makan
dengan mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi secara teratur
2. Berolah raga dengan
teratur
3. Istirahat minimal 6 jam
per hari
4. Mengindari konsumsi
rokok, minum minuman beralkohol dan narkoba
5. Hindari Stres
Hati (hepar)
Hati merupakan “kelenjar” terbesar
yang terdapat dalam tubuh manusia.Letaknya di dalam rongga perut sebelah
kanan.Berwarna merah tua dengan berat mencapai 2 kilogram pada orang
dewasa.Hati terbagi menjadi dua lobus, kanan dan kiri.
Zat racun yang masuk ke dalam tubuh
akan disaring terlebih dahulu di hati sebelum beredar ke seluruh tubuh. Hati
menyerap zat racun seperti obat-obatan dan alkohol dari sistem peredaran
darah.Hati mengeluarkan zat racun tersebut bersama dengan getah empedu.
Hati mendapat suplai darah dari
pembuluh nadi (arteri hepatica) dan pembuluh gerbang (vena porta) dari
usus.Hati dibungkus oleh selaput hati (capsula hepatica).Hati terdapat pembuluh
darah dan empedu yang dipersatukan selaput jaringan ikat (capsula glison).Hati
juga terdapat sel-sel perombak sel darah merah yan gtelah tua disebut
histiosit.
Sebagai alat eksresi hati menghasilkan empedu yang merupakan cairan jernih kehijauan, di dalamnya mengandung zat warna empedu (bilirubin), garam empedu, kolesterol dan juga bacteri serta obat-obatan. Zatr warna empedu terbentuk dari rombakan eritrosit yang telah tua atau rusak akan ditangkap histiosit selanjutnya dirombak dan haeglobinnya dilepas.
Sebagai alat eksresi hati menghasilkan empedu yang merupakan cairan jernih kehijauan, di dalamnya mengandung zat warna empedu (bilirubin), garam empedu, kolesterol dan juga bacteri serta obat-obatan. Zatr warna empedu terbentuk dari rombakan eritrosit yang telah tua atau rusak akan ditangkap histiosit selanjutnya dirombak dan haeglobinnya dilepas.
Fungsi hati :
- Menyimpan
kelebihan gula dalam bentuk glikogen (gula otot)
- Merombak
kelebihan asam amino (deaminasi)
- Menawarkan
racun
- Membentuk
protombin dan fibrinogen .
- Membentuk
albumin dan globulin .
- Mengubah
provitamin a menjadi vitamin a .
- Tempat
pembentukan urea
- Menghasilkan
empedu .
- Tempat
pembentukan dan penghancuran eritrosit yang telah tua .
KELAINAN-KELAINAN PADA HATI
Gangguan pada hati yang umumnya dijumpai di masyarakat saat ini adalah HEPATITIS atau PENYAKIT KUNING. Disebut demikian karena tubuh penderita menjadi kekuningan, disebabkan zat warna empedu beredar ke seluruh tubuh.Penyakit ini disebabkan oleh serangan virus yang dapat menular melalui makanan, minuman, jarum suntik dan transfusi darah.
Gangguan pada hati yang umumnya dijumpai di masyarakat saat ini adalah HEPATITIS atau PENYAKIT KUNING. Disebut demikian karena tubuh penderita menjadi kekuningan, disebabkan zat warna empedu beredar ke seluruh tubuh.Penyakit ini disebabkan oleh serangan virus yang dapat menular melalui makanan, minuman, jarum suntik dan transfusi darah.
Hepatitis adalah peradangan pada
sel-sel hati.Penyebab penyakit hepatitis yang utama adalah virus.Virus
hepatitis yang sudah ditemukan sudah cukup banyak dan digolongkan menjadi virus
hepatitis A, B, C, D, E, G, dan TT.
Beberapa jenis hepatitis yang saat ini
harus diwaspadai adalah:
1. Hepatitis A yang disebabkan oleh Virus Hepatitis A (VHA)
2. Hepatitis B yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB)
3. Hepatitis C yang disebabkan oleh Virus Hepatitis C (VHC)
1. Hepatitis A yang disebabkan oleh Virus Hepatitis A (VHA)
2. Hepatitis B yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB)
3. Hepatitis C yang disebabkan oleh Virus Hepatitis C (VHC)
MENGATASI KELAINAN-KELAINAN PADA HATI
Cara mengatasi kelainan-kelainan pada hati diantaranya adalah dengan:
Cara mengatasi kelainan-kelainan pada hati diantaranya adalah dengan:
1. Pemberian vaksinasi
2. Makan makanan yang sehat
3. Menghindari penggunaan obat-obatan
terlarang
4. Berolahraga dengan teratur
5. Sterilisasi penggunaan jarum suntik
6. Menghindari pergaulan bebas
(berganti-ganti pasangan)
KULIT
Seluruh permukaan tubuh kita
terbungkus oleh lapisan tipis yang sering kita sebut kulit.Kulit merupakan
benteng pertahanan tubuh kita yang utama karena berada di lapisan anggota tubuh
yang paling luar dan berhubungan langsung dengan lingkungan sekitar.
ANATOMI
organ kulit terdiri atas beberapa lapis
jaringan berikut.
1) Epidermis (Kutilkula)
Epidermis merupakan lapisan
terluar dari kulit, yang memiliki struktur tipis dengan ketebalan sekitar 0,07
mm terdiri atas beberapa lapisan, antara lain seperti berikut.
a) Stratum korneum yang
disebut juga lapisan zat tanduk. Letak lapisan ini berada paling luar dan
merupakan kulit mati. Jaringan epidermis ini disusun oleh 50 lapisan sel-sel
mati, dan akan mengalami pengelupasan secara perlahan-lahan, digantikan dengan
sel telur yang baru.
b) Stratum lusidum, yang
berfungsi melakukan “pengecatan” terhadap kulit
dan rambut. Semakin banyak melanin yang dihasilkan dari sel-sel ini,
maka warna kulit akan menjadi semakin gelap.
c) Stratum granulosum, yang
menghasilkan pigmen warna kulit, yang disebut melamin. Lapisan ini terdiri atas
sel-sel hidup dan terletak pada bagian paling bawah dari jaringan epidermis.
d) Stratum germinativum, sering
dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan ini merupakan lapisan yang aktif
membelah. Sel-selnya membelah ke arah luar untuk membentuk sel-sel kulit
teluar. Sel-sel yang baru terbentuk akan mendorong sel-sel yang ada di atasnya
selanjutnya sel ini juga akan didorong dari bawah oleh sel yang lebih baru
lagi. Pada saat yang sama sel-sel lapisan paling luar mengelupas dan gugur.
2) Dermis (Kulit Jangat)
Jaringan dermis memiliki struktur
yang lebih rumit daripada epidermis, yang terdiri atas banyak lapisan. Jaringan
ini lebih tebal daripada epidermis yaitu sekitar 2,5 mm. Dermis dibentuk oleh
serabut-serabut khusus yang membuatnya lentur, yang terdiri atas kolagen, yaitu
suatu jenis protein
yang membentuk sekitar 30% dari
protein tubuh. Kolagen akan berangsur-angsur berkurang seiring dengan
bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang yang sudah tua tekstur kulitnya
kasar dan keriput.Lapisan dermis terletak di bawah lapisan epidermis.Lapisan
dermis terdiri atas bagian-bagian berikut.
a) Akar Rambut
Di sekitar akar rambut terdapat
otot polos penegak rambut (Musculus arektor pili), dan ujung saraf
indera perasa nyeri. Udara dingin akanmembuat otot-otot ini berkontraksi dan
mengakibatkan rambut akan berdiri.Adanya saraf-saraf perasa mengakibatkan rasa
nyeri apabila rambut dicabut.
b) Pembuluh Darah
Pembuluh darah banyak terdapat di
sekitar akar rambut.Melalui pembuluh darah ini akar-akar rambut mendapatkan
makanan, sehingga rambut dapat tumbuh.
c) Kelenjar Minyak (glandula sebasea)
Kelenjar minyak terdapat di sekitar akar
rambut.Adanya kelenjar minyak ini dapat menjaga agar rambut tidak kering.
d) Kelenjar Keringat (glandula
sudorifera)
Kelenjar keringat dapat menghasilkan
keringat.Kelenjar keringat berbentuk botol dan bermuara di dalam folikel
rambut.Bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar keringat adalah bagian
kepala, muka, sekitar hidung, dan lain-lain. Kelenjar keringat tidak terdapat
dalam kulit tapak
tangan dan telapak kaki.
e) Serabut Saraf
Pada
lapisan dermis terdapat puting peraba yang merupakan ujung akhir saraf
sensoris.Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas, dingin,
nyeri, dan sebagainya.Jaringan dermis juga dapat menghasilkan zat feromon,
yaitu suatu zat yang memiliki bau khas pada seorang wanita maupun laki-laki.
Feromon ini dapat memikat lawan jenis
Kulit pada ujung jari dan dahi banyak memiliki sel-sel saraf
(reseptor) untuk merasakan sentuhan.Untuk reseptor yang dirancang untuk
merasakan sentuhan, letaknya lebih dekat dengan permukaan kulit dibandingkan
dengan reseptor untuk merasakan tekanan. Sehingga setiap rangsangan tekanan
juga akan memberikan rangsangan sentuhan. Tetapi rangsangan sentuhan, tidak
bisa memberikan rangsangan tekanan.
Reseptor yang dirancang untuk merasakan panas dan dingin diciptakan secara terpisah, hal ini agar manusia lebih tepat dalam merasakan panas dan dingin, sehingga manusia bisa memberikan respon yang tepat pada kondisi di sekitarnya...
Jadi kesimpulannya pada kulit terdapat berbagai macam reseptor yang berfungsi khusus untuk merasakan rangsangan tertentu. Ada 6 macam reseptor antara lain (terurut sesuai gambar di bawah):
Reseptor yang dirancang untuk merasakan panas dan dingin diciptakan secara terpisah, hal ini agar manusia lebih tepat dalam merasakan panas dan dingin, sehingga manusia bisa memberikan respon yang tepat pada kondisi di sekitarnya...
Jadi kesimpulannya pada kulit terdapat berbagai macam reseptor yang berfungsi khusus untuk merasakan rangsangan tertentu. Ada 6 macam reseptor antara lain (terurut sesuai gambar di bawah):
- Ujung saraf tanpa selaput, merupakan ujung saraf
perasa nyeri.
- Ruffini, merupakan ujung saraf pada kulit yang peka
terhadap rangsangan panas.
- Krause, merupakan ujung saraf perasa pada kulit yang
peka terhadap rangsangan dingin.
- Meisner, merupakan ujung saraf perasa pada kulit yang
peka terhadap sentuhan.
- Lempeng Merkel, merupakan ujung perasa sentuhan
dan tekanan ringan, terletak dekat permukaan kulit.
- Paccini, merupakan ujung saraf pada kulit yang peka
terhadap rangsangan berupa tekanan, letaknya di sekitar akar
rambut
FUNGSI KULIT
Fungsi kulit antara lain sebagai
berikut:
- pelindung terhadap
kerusakan-kerusakan fisik missalnya: gesekan, penyinaran, kuman-kuman, panas,
zat kimia,
-mengurangi kekurangan air,
-menerima rangsang dari luar.
- mengeluarkan keringat
- menyimpan kelebihan lemak
- mengatur suhu tubuh, dan
- tempat pembuatan vitamin D dari pro
vitamin D dengan
bantuan sinar matahari yang mengandung ultraviolet
bantuan sinar matahari yang mengandung ultraviolet
Proses Pembentukan Keringat
Bila suhu tubuh kita meningkat atau
suhu udara di lingkungan kita tinggi, pembuluh-pembuluh darah di kulit akan
melebar. Hal ini mengakibatkan banyak darah yang mengalir ke daerah
tersebut.Karena pangkal kelenjar keringat berhubungan dengan pembuluh darah
maka terjadilah penyerapan air, garam dan sedikit urea oleh kelenjar
keringat.Kemudian air bersama larutannya keluar melalui pori-pori yang
merupakan ujung dari kelenjar keringat.Keringat yang keluar membawa panas
tubuh, sehingga sangat penting untuk menjaga agar suhu tubuh tetap normal.
Kelainan pada kulit
1) Biduran
Udara dingin bisa
menyebabkan kulit kita menjadi gatal dan timbul bengkak-bengkak dengan bentuk
yang tidak teratur.Kondisi seperti ini disebut biduran. Biduran dapat
berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari dan tidak meninggalkan bekas.
Alergi terhadap bahan kimia, makanan, atau obat-obatan dapat pula menyebabkan
biduran.
2) Kaki atlet (athlete’s
foot)
Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi jamur pada kaki.Keadaan lembap dan berkeringat pada
kaki merupakan kondisi yang mendukung pertumbuhan jamur ini.Menjaga agar kaki
kita tidak lembap dan segera melepaskan sepatu atau kaus kaki setelah
beraktivitas dapat membantu mencegah penyakit kaki atlet.
3) Ringworm
Selain menginfeksi
kulit, jamur penyebab ringworm dapat menginfeksi kuku dan kulit kepala.Ciri
dari infeksi jamur ini adalah membentuk bekas melingkar di kulit.Penyakit ini
dapat dikurangi dengan menggunakan obat antijamur.Cara yang paling tepat untuk
mencegah penyakit ini dengan menjaga kebersihan diri dan menjaga agar kulit
tetap kering dan tidak lembap.
4) Kutu dan cacing
Selain jamur, parasit yang
umum ditemui pada kulit manusia berupa kutu dan cacing.Kutu dan cacing
menyebabkan iritasi dan gatal. Parasit ini dapat berpindah ke orang lain
sehingga bisa menular.
5) Psoriasis
Penderita psoriasis mengalami
gejala seperti kulit kemerahan dan bersisik yang dapat terjadi pada kulit
kepala, sikut, lutut, atau punggung.Gejala ini sering berulang dan hingga saat
ini psoriasis belum dapat disembuhkan secara total.
6) Kanker kulit
Dari semua jenis
kanker, kanker kulit adalah jenis kanker yang paling sering dijumpai.Paparan
terhadap sinar matahari yang berlebihan dapat memicu timbulnya kanker
kulit.Penyakit ini lebih sering menyerang orang dengan kulit yang berwarna
terang yang lebih sensitif terhadap sinar matahari.Pencegahan dapat dilakukan
dengan menggunakan tabir surya atau membatasi lamanya kulit terpapar sinar
matahari.
7) jerawat, Ada tiga tipe jerawat,
yaitu:Komedo, Jerawat biasa, Cystic Acne (Jerawat Batu/Jerawat Jagung)
Banyak jenis obat dan perawatan yang
ditawarkan untuk menghilangkan jerawat.Namun, sesungguhnya alam sudah
menyediakan aneka tanaman yang mampu menghilangkan jerawat.Tanaman-tanaman itu
antara lain tomat, jeruk nipis, belimbing wuluh, mentimun, dan temulawak.
MENGATASI KELAINAN PADA KULIT
MENGATASI KELAINAN PADA KULIT
Kulit perlu mendapat perawatan yang
tepat agar senantiasa sehat. Berikut 4 langkah perawatan kulit yang sangat
mendasar:
1. Makan Makanan Yang Mengandung
Nutrisi
Kulit seperti juga organ tubuh lain, terdiri atas sel-sel yang berkembang dan membutuhkan berbagai nutrisi. Nutrisi pada kulit digunakan untuk mengaktifkan sirkulasi darah ke kulit, menjaga kelenturan dan kekencangan kulit serta mencegah oksidasi lemak yang menyebabkan kulit menjadi kering.
Kulit seperti juga organ tubuh lain, terdiri atas sel-sel yang berkembang dan membutuhkan berbagai nutrisi. Nutrisi pada kulit digunakan untuk mengaktifkan sirkulasi darah ke kulit, menjaga kelenturan dan kekencangan kulit serta mencegah oksidasi lemak yang menyebabkan kulit menjadi kering.
2. Minum Air Putih Minimal 8 Gelas
Setiap Hari
Air berfungsi sebagai media untuk mengangkut dan membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh dan mencegah kekeringan. Selain 8 gelas air segar setiap hari, asupan cairan yang baik bagi kulit bisa didapatkan dari buah dan sayuran.
3. Berolahraga Dengan Teratur
Olahraga teratur 3 kali seminggu akan membantu kelancaran sirkulasi darah, sehingga asupan nutrisi kulit terpenuhi.
4. Mandi Untuk Membersihkan Badan
Mandi secara teratur menggunakan sabun, bermanfaat menghilangkan lemak dan kotoran pada permukaan kulit.Namun kita perlu berhati-hati dalam memilih sabun, karena detergen yangterkandung di dalamnya cenderung meningkatkan pH kulit sehingga dapat menyebabkan kekeringan pada kulit.
Air berfungsi sebagai media untuk mengangkut dan membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh dan mencegah kekeringan. Selain 8 gelas air segar setiap hari, asupan cairan yang baik bagi kulit bisa didapatkan dari buah dan sayuran.
3. Berolahraga Dengan Teratur
Olahraga teratur 3 kali seminggu akan membantu kelancaran sirkulasi darah, sehingga asupan nutrisi kulit terpenuhi.
4. Mandi Untuk Membersihkan Badan
Mandi secara teratur menggunakan sabun, bermanfaat menghilangkan lemak dan kotoran pada permukaan kulit.Namun kita perlu berhati-hati dalam memilih sabun, karena detergen yangterkandung di dalamnya cenderung meningkatkan pH kulit sehingga dapat menyebabkan kekeringan pada kulit.
GINJAL
Dunia kedokteran biasa menyebutnya
‘ren’ (renal/kidney).Manusia memiliki sepasang
ginjal yang terletak di depan sebelah kiri dan kanan tulang belakang bagian
pinggang.
Anatomi
Bentuk: seperti kacang merah.
Ukurannya kira-kira 11x 6x 3 cm.
Beratnya antara 120-170 gram
Nefron
Bagian-bagian nefron:
Badan malphigi, terdiri atas glomerlus dan kapsula bowmen
Tubulus-tubulus, terdiri dari tubulus kontortus distal, proksimal, lengkung henle, tubulus pengumpul Pelvis renalis
Nefron
Bagian-bagian nefron:
Badan malphigi, terdiri atas glomerlus dan kapsula bowmen
Tubulus-tubulus, terdiri dari tubulus kontortus distal, proksimal, lengkung henle, tubulus pengumpul Pelvis renalis
Kulit Ginjal (korteks)
Pada Korteks terdapat banyak nefron
atau penyaring.Setiap nefron terdiri dari badan malpigi dan tubulus
glomerulus.Glomerulus merupakan anyaman pembuluh darah kapiler.Glomerulus
dibungkus oleh kapsula Bowman.
Lapisan ginjal sebelah dalam disebut
sumsum ginjal atau medulla.Sumsum ginjal terdiri dari tubulus konturtus Rongga
Ginjal (pelvis renalis)
Rongga ginjal bermuara
pembuluh-pembuluh.Dari tiap rongga keluar ureter.Ureter berfungsi mengeluarkan
dan menyalurkan urine ke kantung kemih
FUNGSI GINJAL
1. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh
1. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh
2. Mengeksresikan zat yang jumlahnya
berlebihan
3. Reabsorbsi (penyerapan kembali)
elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal
4. Menjaga keseimbanganan asam basa
dalam tubuh manusia
5. Menghasilkan zat hormon yang
berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang
PROSES PEMBENTUKAN URINE
1. Penyaringan (filtrasi)
1. Penyaringan (filtrasi)
Proses pembentukan urin diawali dengan
penyaringan darah yang terjadi di kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler
glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan permeabilitas yang tinggi pada
glomerulus mempermudah proses penyaringan.
Selain penyaringan, di glomelurus juga
terjadi penyerapan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar
protein plasma.Bahan-bahan kecil yang terlarut di dalam plasma darah, seperti
glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan urea dapat
melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus
disebut filtrat glomerolus atau urin primer, mengandung asam amino, glukosa,
natrium, kalium, dan garam-garam lainnya
2. Penyerapan kembali (reabsorbsi)
Bahan-bahan yang masih diperlukan di
dalam urin pimer akan diserap kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan
di tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea.
Meresapnya zat pada tubulus ini
melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi,
sedangkan air melalui peristiwa osmosis.Penyerapan air terjadi pada tubulus
proksimal dan tubulus distal.
Substansi yang masih diperlukan
seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Zat amonia, obat-obatan
seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan
bersama urin.
Setelah terjadi reabsorbsi maka
tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak
akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang
bersifat racun bertambah, misalnya urea.
3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan
zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal.
Dari tubulus-tububulus ginjal, urin akan
menuju rongga ginjal, selanjutnya menuju kantong kemih melalui saluran ginjal.
Jika kantong kemih telah penuh terisi urin, dinding kantong kemih akan tertekan
sehingga timbul rasa ingin buang air kecil. Urin akan keluar melalui uretra.
Komposisi urin yang dikeluarkan
melalui uretra adalah air, garam, urea dan sisa substansi lain, misalnya pigmen
empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
KELAINAN PADA GINJAL
n gagal ginjal
Tanda :
Meningkatnya kadar urea dalam darah. Penyebab :
nefritis (radang ginjal).
Akibat : zat-zat yang seharusnya dibuang oleh ginjal tertumpuk dalam darah. Pengobatan : cuci
darah secara rutin atau cangkok ginjal.Gagal ginjal merupakan kelainan pada ginjal dimana
ginjal sudah tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya yaitu menyaring dan
membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme.
n Albuminuria
Tanda: urine
banyak mengandung albumin.
Penyebab : kekurangan protein, penyakit ginjal dan hati.
Akibat: tubuh kekurangan albumin yang menjaga agar cairan tidak keluar dari
darah
n Hematuria
Tanda: urine
mengandung darah. Penyebab:
peradangan ginjal, batu ginjal dan kanker kandung kemih
n Nefrolitiasis
(batu ginjal)
Tanda: urine
sulit keluar karena tersumbat batu pada ginjal, saluran ginjal atau kandung
kemihPenyebab: konsentrasi unsur-unsur kalsium
terlalu tinggi dan dipercepat dengan infeksi dan penyumbatan saluran
ureter. Akibat:
sulit mengeluarkan urine, urine bercampur darah
n Nefritis.
Tanda:
radang ginjal bagian nefron yang diawali peradangan glomerulus.
n Diabetes Insipidus
Tanda :
meningkatnya jumlah urine (20 – 30 kali lipat). Penyebab : kekurangan hormon antidiuretika (ADH). Akibat : sering
buang urine. Pengobatan
: pemberian ADH sintetikAugmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan
urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang
dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa
substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada
urin.
Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi Urin
Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior akan mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal karma meningkatkan permeabilitias sel terhadap air. Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin menjadi banyak dan encer.Sebaliknya, jika hormon ADH banyak, penyerapan air banyak sehingga urin sedikit dan pekat.Kehilangan kemampuan mensekresi ADH menyebabkan penyakti diabetes insipidus. Penderitanya akan menghasilkan urin yang sangat encer.
Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi Urin
Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior akan mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal karma meningkatkan permeabilitias sel terhadap air. Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin menjadi banyak dan encer.Sebaliknya, jika hormon ADH banyak, penyerapan air banyak sehingga urin sedikit dan pekat.Kehilangan kemampuan mensekresi ADH menyebabkan penyakti diabetes insipidus. Penderitanya akan menghasilkan urin yang sangat encer.
n Diabetes
Melitus
adalah
suatu penyakit gangguan kesehatan di mana kadar gula dalam darah seseorang
menjadi tinggi karena gula dalam darah tidak dapat digunakan oleh tubuh.Tanda :
kadar glukosa darah melebihi normal. Penyebab : kekurangan hormon insulin. Akibat : luka
sulit sembuh. Pengobatan
: pada anak-anak diberi insulin secara rutin dan pada dewasa dilakukan diet
rutin, olahraga dan pemberian obat penurun kadar glukosa darah
Penyebab terjadinya gagal ginjal
antara lain disebabkan oleh:
1. Makan makanan berlemak
2. Kolesterol dalam darah yang tinggi
3. Kurang berolahraga
4. Merokok, dan
5. Minum minuman beralkohol.
Mengatasi Gagal Ginjal
Kemajuan ilmu pengetahuan,
memungkinkan fungsi ginjal digantikan.Penggantian fungsi tersebut dikenal
dengan Renal Replacement Therapy (RRT) atau Terapi Pengganti Ginjal (TPG). Ada
dua cara TPG, yakni transplantasi/cangkok ginjal dan dialisis/cuci darah .
Dialisis/cuci darah dibedakan menjadi:
1. HD (Hemodialisis), dialisis dengan
bantuan mesin
2. PD (Peritoneal Dialisis), dialisis
melalui rongga perut
2. Batu Ginjal
Urine banyak mengandung mineral dan
berbagai bahan kimiawi.Urin belum tentu dapat melarutkan semua itu.Apabila kita
kurang minum atau sering menahan kencing, mineral-mineral tersebut dapat
mengendap dan membentuk batu ginjal.
Batu ginjal merupakan kristal yang
terlihat seperti batu yang terbentuk di ginjal. Kristal-kristal tersebut akan
berkumpul dan saling berlekatan untuk membentuk formasi “batu”. Apabila batu
tersebut menyumbat saluran kemih antara ginjal dan kandung kemih, saluran kemih
manusia yang mirip selang akan teregang kuat karena menahan air seni yang tidak
bisa keluar. Hal itu tentu menimbulkan rasa sakit yang hebat.
NB
Beberapa istilah yang erat kaitannya dengan
ekskresi adalah sebagai berikut.
- Defekasi : yaitu
proses pengeluaran sisa pencernaan makanan yang disebut feses. Zat
yang dikeluarkan belum pernah mengalami metabolisme di dalam jaringan. Zat
yang dikeluarkan meliputi zat yang tidak diserap usus sel epitel, usus
yang rusak dan mikroba usus.
- Ekskresi : yaitu
pengeluaran zat sampah sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi
tubuh.
- Sekresi : yaitu
pengeluaran getah oleh kelenjar pencernaan ke dalam saluran pencernaan.
Getah yang dikeluarkan masih berguna bagi tubuh dan umumnya mengandun
genzim.
- Eliminasi : yaitu
proses pengeluaran zat dari rongga tubuh, baik dari rongga yang kecil
(saluran air mata) maupun dari rongga yang besar (usus).
Langganan:
Postingan (Atom)