BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar
belakang
1.1. Sputum merupakan bahan yang digunakan sebagai
salah satu sampel pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosa berbagai macam
penyakit tertentu.
1.2. Pemeriksaan sputum merupakan salah satu
pemeriksaan utama khususnya untuk penyakit di paru-paru dan sekitarnya yang
dapat dideteksi dengan sputum.
1.3. Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien
hendaknya dapat dievaluasi karena kondisi sputum memperlihatkan secara spesifik
proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
1.4. Pemeriksaan
sputum juga dapat mendiagnosa apakah suatu pengobatan dapat berhasil atau
berjalan dengan lanacar maupun sebaliknya.
1.5. Pengetahuan
tentang pemeriksaan sputum dan hal-hal yang berkaitan dengannya sangat
diperlukan oleh seorang analis laboratorium untuk meningkatkan kompetensinya.
2. Tujuan
2.1. Untuk meningkatkan wawasan penulis dan
pembaca.
2.2. Untuk meningkatkan kompetensi keahlian,
ketrampilan, dan pengetahuan seorang analis kesehatan khusunya dalam bidang
kimia klinik dengan topik sputum, pemeriksaannya, dan hal-hal yang bersangkutan
dengannya.
2.3.
Untuk menunaikan salah satu tugas yang diberikan.
BAB
II
ISI
1. Pengertiam
Sputum
1.1. Sputum
, dahak atau riak adalah secret yang dikeluarkan dan berasal dari bronchi,bukan
bahan yang berasal dari tenggorokan, hidung, ataupun mulut. (Gandasoebrata)
1.2. Bbahan
yang dikeluarkan dari paru, bronchus, dan trachea melalui mulut. Biasanya juga
disebut dengan expectoratorian. (Dorland)
1.3. Dahak adalah materi yang dikeluarkan dari saluran pernapasan, seperti lendir atau dahak , dicampur dengan air liur , yang kemudian dapat meludah dari
mulut. (Wikipedia.org)
Perbedaan ini hendaknya dijelaskan kepada orang lain yang dahaknya akan dieriksa. Sering
sekali pemeriksaan sputum menjadi tanpa arti karena sampel yang diberikan
kepada laboratorium bukannya sputum sejati.
2.
Proses terbentuknya
Orang dewasa normal
bisa memproduksi mukus sejumlah 100 ml
dalam saluran napas setiap hari. Mukus ini digiring ke faring dengan mekanisme
pembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran pernapasan. Keadaan abnormal
produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi
yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan proses pembersihan tidak
berjalan secara normal, sehingga mukus ini banyak tertimbun. Bila hal ini
terjadi, membran mukosa akan terangsang, dan mukus akan dikeluarkan dengan
tekanan intrathorakal dan intraabdominal yang tinggi. Dibatukkan, udara keluar
dengan akselerasi yg cepat beserta membawa sekret mukus yang tertimbun tadi.
Mukus tersebut akan keluar sebagai sputum.
Sputum
yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna,
volume, dan konsistensinya, karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan
secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.(Price
Wilson)
3. Klasifikasi
sputum
3.1. Klasifikasi
sputum dan kemungkinan penyebabnya menurut Price Wilson
·
Sputum yang dihasilkan sewaktu
membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari sinus, atau saluran hidung,
bukan berasal dari saluran napas bagian bawah.
·
Sputum banyak sekali dan purulen kemungkinan proses supuratif (eg. Abses paru)
·
Sputum yg terbentuk perlahan dan terus
meningkat kemungkinan tanda bronkhitis/ bronkhiektasis.
·
Sputum kekuning-kuningan kemungkinan
proses infeksi.
·
Sputum hijau kemungkinan proses
penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan adanya verdoperoksidase yg
dihasikan oleh PMN dlm sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita
bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan
terinfeksi.
·
Sputum merah muda dan berbusa
kemungkinan tanda edema paru akut.
·
Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih
kemungkinan tanda bronkitis kronik.
·
Sputum berbau busuk kemungkinan tanda
abses paru/ bronkhiektasis. (Price Wilson)
3.2. Klasifikasi
sputum
·
Bernanah - mengandung nanah. Warna dapat
memberikan petunjuk untuk pengobatan yang efektif pada pasien bronkitis kronis.
·
Warna
(mukopurulen) berwarna kuning-kehijauan menunjukkan bahwa pengobatan dengan
antibiotik dapat mengurangi gejala.
·
Berlendir putih, susu, atau buram sering
berarti bahwa antibiotik tidak akan efektif dalam mengobati gejala. Informasi
ini dapat berhubungan dengan adanya infeksi bakteri atau virus, meskipun
penelitian saat ini tidak mendukung generalisasi itu.
4. Indikasi pemeriksaan
Indikasi
pemeriksaan suputum adalah untuk mengetahui adanya infeksi penyakit tertentu
seperti pneumonia dan TBC
5. Pengambilan
sampel Sputum
Sebelum
mengeluarkan sputum, mintalah penderita untuk berkumur terlebih dahulu. Jika hanya sputum sewaktu
saja yang dikehendaki, sputum pagilah terbaiknya. Adakalanya diperlukan sampel
kumpulan yaitu sampel 12 jam atau 24 jam.
Sputum
sewaktu ditampung dalam wadah bermulut lebar seperti cawan petri, botol
bermulut lebar, karton sputum dsb.
Harus dijaga agar jangan sampai wadah
tersebut dicemari oleh bagian luarnya,
sputum harus selalu dipandang sebagai materi yang infeksius.
Wadah
kaca hendaknya disterilkan dalam autoklaf. Karton sputum harus dibakar. Meja tempat bekerja danmikroskop sebaiknya
disterilkan dengan Lysol 10%. (Gandasoebrata)
6. Pemeriksaan
Sputum
6.1. Makroskopis
6.1.1. Volume
Orang yang sehat tidak mengeluarkan sputum kalauoun ada
jumlahnya hany sedikit sekali sehingga tdak dapat diukur. Volume sputum yang
dikeluarkan dipengaruhi oleh penyakit yang diderita juga stadium
penyakitnya. Jumlah yang besar yaitu
lebih dari 100ml/24 jam, mungkin melebihi
500 ml ditemukan pada edema pulmonum,
abses paru-paru bronchiectasi, tuberculosis pulmonum yang lanjut dan
pada abses yang pecah menembus paru-paru.
6.1.2. Bau
Syarat pemeriksaan : harus diuji dalam
keadaan segar karena sputum yang dibiarkan beberapa lama akan busuk.
Bau busuk pada sputum segar didapat pada
ganggrena dan abses pulmonum, pada tumor yang mengalami nekrosis dan pada
empyema yang menembus ke bronci. Kalau abses di bawah diafragma (subphrenik)
menembus ke atas akan ditemukan bau seperti tinja.
6.1.3. Warna
Warna sputum berbeda-beda tergantung
stadium penyakit yang diderita oleh penderita.
·
Abu-abu atau kuning :
pus dan sel epitel
·
Merah : perdarahan segar
·
Merah coklat : darah tua dan didapat pada permulaan
pneumonia
lobaris, pada gangren dll
·
Hitam :
debu yang masuk jalan pernapasan
Jika
ada warna merah yang melapisi darah perhatikan juga paa darah itu bercampur
baur dengan dahak, atau hanya melapisi secara tidak merata [ada bagian luarnya
saja dan apakah darah tersebut berbusa dan muda warnanya. Ciri-ciri itu mungkin
memberi petunjuk kepada loklisasi perdarahan.
6.1.4. Konsistensi
Ciri-ciri ini juga dipengaruhi
oleh penyakit dan stadiumnya.
·
Sereus : edema pukmonum, dahak mucoid
pada bronchitis, asma, pneumonia lobaris pada stadium tertentu
·
Purulent : abses , brinchiectasi,
stadium terakhir bronchitis, dll.
·
Seropurulent
·
Mucopurulent
·
Serohemoragik
6.1.5. Unsur-unsur tertentu
Untuk mencari unsur-unsur khusus dalam sputum tuanglah sputum itu ke dalam cawan
petri hingga menyusun lapisan tipis yang diteliti terhadap latar belakang hitam
dengan memakai lensa pembesar. Perhatiikan adanya :
a. Butir keju, yaitu potongan – potongan kecil berwarna
kuning yang berasal dari jaringan nekrotik, didapat ada tuberculosis pulmonum,
gangrena abses dan pada actinomycosis
b. Uliran spiral Cursman : bentuk kuning berulit yang sering
dilihat benang pusat. Didapat pada asma bronchiale.
c. Tuanngan bronchi. Bahan tuangan itu adalah fibrin,
besarnya tergantung pad besarnya bronchus tempaqt pembentukannya. Didapat pada
bronchitis fibrinosa dan kadang-kadang pada pneumonia.
d. Sumbat Dittrich, yaitu benda kuning putih yang dibentuk
dalam bronci atau bronchioli. Ditemukan pada asma bronchiale, bronchitis dan
bronchiectasi. Sumbat Dittrich berbeda dari tuangan bronchi karena ia tidak
tersusun dari fibrin tetapi dari sel-sel rusak, lemak dan bakteri. Dalam
praktek sumbat Dittrich sukar dibedakan dari tunagan fibrin.
6.2. Mikroskopis
Pemeriksaan
mikroskopis dilakukan dengan sediaan natif dan ssdiaan pulasan.
6.2.1. Sediaan Natif
Pilihlah
sebagian dari sputum yang mengandung unsur-unsur, taruhlah di atas objek dan
tutuplah dengan kaca penutup. Gunakanlah objektif 10x dan 40x untuk pemeriksaan
ini dan periksakan :
1. Leukosit dan eritrosit
2. Sel-sel yang mengandung pigmen :
a. Heart failure cells, yaitu sel besar, berinti satu yang
mengandung hemisiderin berupa butir kuning. Untuk membutikan adanay hemosiderin
itu boleh dipakai reaksi prusian blue, kepadda sediaan diteteskan 1 tetes
larutan K ferrosianida, biarkan beberapa menit kemudian diberikab setetes
larutan HCl 5 %. Butir hemosiderin menjadi biru. Sel ssemacam itu didapat pada
kongesti dalam paru-paru (decompensatio cordis, stevonis valvue mitralis) dan
juga pada infract paru-paru.
b. Sel-sel yang brisi karbon berbutir-butir didapat pada
antharacosis dan pada orang-orag yang sangat banyak merokok.
3. Serat elastik : ialah serat halus, agak kuning,
berombak-rombak dengan ujungnya terbelah. Adanya serat-serat itu menandakan
parenchym paru-pari sedang dirombak. Jika sekiranya dianggap penting untu
menemukannya, sejumlah sputum diencerkan denga nair dulu, kemudian larutan NaOH
10-20% untuk mencairkannya kemudian bahan itu dipusing dan sedimennya diperiksa
lagi.
4. Uliran Curschmann
5. Kristal-kristal. Biasanya tidak banyak artinya. Yang
mungkin didapat ialah kristal Charcit-Leyden, kristal asam lemak, cholesterol,
leucine, tyrosine dan hematoidin.
6. Fungi. Untuk identifikasi selanjutnya diperlukan
pemriksaan khusus seperti biakan. Bagian yang dapat dikenal denagn memeriksa sediaan natif ialah mycelium,hypae, atau
sporanya.
7. Sel epitel, leukosit dan
sel eosinofil lebih baik
dinyatakan dengan sediaan pulasan.
6.2.2. Sediaan pulasan
Pulasan yang
dipakai ialah menurut Wright atau Giemsa, pulasan Gram dan pulasan terhadap
kuman tahan asam. Yang penting ialah pulasan Ziehl-nelsen dan pulasan Gram.
Agar
pemeriksaan gram bermakna, sebaikny asputum yang diperoleh dicuci bebrapa kali
dukuk dengan larutan garam steril supaya kuman kuman yang hanya melekat pada
unsur-unsur sputum dan yang tidak berasal dari bronchi menjadi hanyut. Hanya
jika pada pulasan gram dilihat satu-dua macam kuman saja, hasil pemeriksaan
bakterioskopi ittu mempunyai makna.
Jika tidak
hendak memakai sputum yang dipekatkan terlebih dulu untuk mencari batang tahan
asam, carilah sebagian dai sputum itu yang berkeju atau yang purullent untuk
dijadikan sediaan tipis. Cara langsung itu kurang baiak dari cara pemekatan
boleh dikerjakan sbb :
1. Taruhlah 2-4 ml sputum dalam tabung sentrifugr
dantambahlah sama banyaknya larutan NaOH 4%
2. Kocoklah tabung itu selama 5-10 menit atau sampai saat
sputum telah mencair sempurna.
3. Pusinglah tabung itu sekama 15-30 menit pada 3000 rpm.
4. Buanglah cairan atas dan tambhakanlah 1 tetes infdikator
fenol merah kepada sediment yang masih ada dalam tabung itu, warnanya menjadi
merah.
5. Netralkanlah reaksi sediment itu dengan berhati-hait
menteskan larutan HCl 2n ke dalam tabung sampai tercapainya warna merah-jambu
kekuning-kunigan
6. Sediment ini selantjutnya dipakai untuk membuat sediaan
pulasan(boleh dipakai juga untuk biakan m.tuberculosa dan untuk percobaan
marmot).
(Gandasoebrata)
7. Bakteri-bakteri
yang dapat ditemukan dalam pemeriksaan sputum
Tabel 1.1 Bakteri yang dapat ditemukan
dalam diagnose sputum
No.
|
Organisme
|
Keadaan klinik
|
Apusan sputum yang
diwarnai Gram
|
1.
|
Mycobacterium
tuberculosa
|
Penyakit
TBC
|
Gram
(-) batang
|
2.
|
Streptococcus
pneumoniae
|
Penyakit
kardiopulmuoner kronik setelah Infeksi Saluran Pernafasan Atas dan merupakan
bagian dari flora normal
|
Gram
(+) diplcoccus
|
3.
|
Haemophilus
influenzae
|
Penyakit
kardiopulmuoner kronik setelah Infeksi Saluran Pernafasan Atas
|
Gram
(-) coccobasil kecil
|
4.
|
Staphylococcus
aureus
|
Penyakit
epidemic, influenza, nosokomial
|
Gram
(+) coccus dalam bentuk gumpalan
|
5.
|
Klebsiella
pneumoniae
|
Pecandu
alcohol, diabetes mellitus, nosokomial
|
Gram
(-) batang yang berenkapsulasi
|
6.
|
Escherichia
coli
|
Nosokomial
|
Gram
(-) batang
|
7.
|
Pseudomonas
aeroginusae
|
Nosokomial,
fibrosis kistik
|
Gram
(-) batang
|
8.
|
Neisseria
non patogen
|
Merupakan
flora normal nasofaring
|
|
9.
|
Streptococcus
alfa hemolitik
|
Merupakan
flora normal nasofaring
|
|
10.
|
Staphylococcus
epidermidis
|
Merupakan
flora normal nasofaring
|
|
11.
|
Streptococcus
non hemolitik
|
Merupakan
flora normal nasofaring
|
|
12.
|
Bateroides
sp
|
Merupakan
flora normal nasofaring
|
|
13.
|
Fusobakterium
sp
|
Merupakan
flora normal nasofaring
|
|
14.
|
Moraxella
cataarrhalis
|
Penyakit
paru-paru yang tidak nyata, pada manula, tetapi kartikosteroid/imunosuprosif
|
|
15.
|
Pneumocytis
carini
|
AIDS,
tetapi
|
|
(Mikrobiologi kedoktetan)
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
1.1
Sputum adalah secret yang dikeluarkan
dan berasal dari bronchi,bukan bahan yang berasal dari tenggorokan, hidung,
ataupun mulut.
1.2
Pemeriksaan sputum digunakan untuk
mengetahui infeksi tertentu seperti pneumonia dan TBC
1.3
Pengambilan sampel sputum harus
dilakukan sesteril mungkin menghindati kontaminasi dengan bakteri luar. Lebih
baiknya menggunakan sputum pagi untuk pemeriksaan.
1.4
Pemeriksaan sputum meliputi pemeriksaan
secara makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan makroskopis yaitu : volume,
bau, warna, konsistensi, dan unsure-unsur tertentu. Pemeriksaan mikroskopis
dapat dilakuakan dengan sediaan natif dan sediaan pulasan.
1.5
Bakteri yang dapat ditemukan dalam
sputum antara lain flora-flora normaol dalam mulut. Jika ditemukan
Mycobacterium tuberculosa merupakan spesifikasi dari penyakuit TBC.
Ditemukannya kuman-kuman penyebab pneumonia merupakan salah satu penanda dari
penakit pneumonia.
2.
Saran
2.1
Sputum dan pemeriksannya harus dikuasai
benar oleh seorang tenaga analis
laboratorium.
2.2
Cara pengambilan sampel yang benar
sangat diperlukan karena sering terjadi kesalahan dalam pegambilan sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Dorland.
2011. Sputum.http://en.wikipedia.org/wiki.Sputum.
Gandasoebrata.
1984. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta
: Dian Rakyat.
Jawetz,
Melnick, Adelberg. 1996. Mikrobiologi
Kedokteran edisi 20. Jakarta : Penrbit Buku Kedokteran EGC.
Wilson,Prise.
2011. Sputum.http://en.wikipedia.org/wiki.Sputum.
1 komentar:
baik sekali paparannya, menambah pengetahuan.
Terimakasih
Posting Komentar